Makan Diluar Penyebab Obesitas

Budaya makan masyarakat perkotaan dunia terutama asia telah berubah. Semakin banyak orang memilih makan cepat saji di luar rumah, resiko tidak lah sedikit untuk kesehatan dan obesitas.

Kecenderungan makan di luar rumah kini semakin meningkat. kompleksnya kehidupan masyarakat metroplis semakin meningkat kecenderungan orang mengonsumsi makanan siap saji dan makanan diluar rumah. Tak heran kalau bisnis restoran kian menjamur di ibukota. Bagi masyarakat perkotaan, aktivitas makan memiliki interpretasi baru, tak cuma mengisi perut belaka namun telah bergeser menjadi bagian gaya hidup modern.

Fenomena meningkatnya kebiasaan makan di luar berkorelasi dengan meningkatnya populasi orang yang mengalami pertambahan berat badan. Fakta ini terungkap dari hasil studi AC Nielsen tentang "Keputusan konsumen dalam memilih makan diluar rumah serta kekhawatiran akan dampak dari penambahan berat badan".

Studi dilakukan dengan pendekatan kualitatif di 12 negara di asia dan 21 negara diseluruh dunia terdapat 80 grup diskusi ( satu grup terdiri dari 4 orang ) dengan kategorisasi wanita muda bekerja dan ibu dengan anak dibawah 10 tahun yang membeli makanan dan minuman diluar secara rutin.

Hasil studi menunjukkan :

  • Para wanita melihat industri makanan di luar sebagai bagian dari kehidupan modern.
  • Ada perbedaan persepsi wanita Asia dan Barat menganggap makanan yang dibeli di luar lebih murah, lebih disukai keluarga dan bervariasi ketimbang jika mereka memasak sendiri.Pemahaman ini bahkan membuat sebagian orang tak memasak sama sekali. Oleh karenanya di Asia potensi makan di luar terus meningkat. Sementara wanita Barat umumnya tidak percaya bahwa makanan yang mereka beli di luar cukup sehat, bervariasi ataupun cukup murah. 
  • Persepsi berbeda antara wanita Asia dan Barat juga ditunjukkan dalam cara menentukan makanan yang sehat.
  • Orang Asia lebih khawatir terhadap persiapan makanan yang higienis. Orang indonesia misalnya, mengartikan makanan sehat dengan makanan di tempat-tempat yang bersih,yakin, outlet kelihatan rapi dan bersih, tempilan buku tamu dan meja piring yang bersih, tampilan pramusaji bersih, ventilasi baik dan lebih baik jika dapur terlihat ( dapat melihat bagaimana mereka memasak ). Ini membuktikan konsumen Indonesia lebih menitikberatkan pada kemasan bukan isi.
  • Indikator makanan sehat adalah sedikit mengundang minyak, mengandung lebih banyak air, diproses secara higienis, mengandung sayuran, disajikan dengan sedikit atau tanpa santan. Jika makanan tradisional yang biasanya mengandung santau atau minyak dianggap tidak sehat, tetapi makanan Barat seperti burger dan ayam goreng justru dianggap "spesial." Padahal faktanya fast food ala barat itu juga bisa mengancam kesehatan. 
  • Kaum perempuan belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang nilai kalori dari makanan, jinis dan peranannya pada tubuh. Mereka umumnya memenuhi kata "kalori". karena sering melihat pada label keterangan nutrisi pada kemasan makanan/minuman. Bahkan beberapa orang mengasosiasikan kalori dengan asupan energi, terkait erat dengan kerbohidrat.
Rendahnya kesadaran akan Bahaya Obesitas

Realitas rendahnya kesadaran masyarakat atas jumlah kalori yang dikonsumsi dan dampak kesehatan yang membahayakan mereka, jelas menunjukkan perlunya upaya konkrit untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tenrang obesitas. Hal ini penting dilakukan menigingat berdasarkan data Dapartemen kesehatan dari 210 juta penduduk indonesia ( perkiraan tahun 2000), jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5 %) dan penduduk yang obesitas lebih dari 9.8 juta (4,7%). kasus overweight dan obesitas lebih ditemukan pada wanita ketimbang pria. Studi AC Nielsen menunjukkan obesitas tak sebatas persoalan gaya hidup tetapi juga persepsi.

1 komentar:

Ayu Wulandini mengatakan...

artikel nya sangat berguna sekali mba..
tapi maaf nih, boleh minta referensi aslinya ga? soalnya saya cari ke website nya nielsen ga ketemu artikel yang sesuai dengan yang mba tulis ini..
terimakasih sebelumnya..

Posting Komentar